11 September 2025 /
17 Viewers

Memperkuat Peran Satuan Pendidikan di Morotai dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Morotai, 11 September 2025 – Dalam upaya memperkuat peran pendidikan dalam menghadapi krisis iklim, Stimulant Institute melalui program KREASI menyelenggarakan Lokakarya Membangun Pemahaman Bersama Manajemen Sekolah tentang Mitigasi Perubahan Iklim dalam Kurikulum Pendidikan. Kegiatan ini bertujuan membantu sekolah memahami serta mengintegrasikan isu perubahan iklim ke dalam kurikulum secara kontekstual dan berkelanjutan. Fokus utama lokakarya ini adalah mendorong penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP) yang responsif terhadap isu lingkungan, dengan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik lokal masing-masing sekolah.

Para peserta, yang terdiri dari kepala sekolah dan guru, didorong untuk merancang modul ajar dan modul proyek yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga menekankan aksi nyata mitigasi perubahan iklim di lingkungan sekolah. Salah satu fasilitator, Irwan, menegaskan pentingnya kurikulum yang mampu mengantisipasi dampak perubahan iklim.

"Kurikulum itu sebaiknya bisa membantu sekolah bersiap menghadapi perubahan iklim. Jadi, tiap sekolah perlu punya rencana menghadapi bencana, yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan sekolah masing-masing," jelas Irwan.

Lokakarya ini berhasil menghasilkan sejumlah kesepakatan penting. Para peserta sepakat untuk menyusun KSP berbasis kondisi lokal sekolah, merancang modul pembelajaran tematik terkait perubahan iklim, serta menanamkan kebiasaan dan perilaku ramah lingkungan kepada siswa melalui kegiatan nyata. Beberapa ide konkret yang muncul antara lain adalah edukasi membuang sampah pada tempatnya, program menjaga kebersihan sekolah, kegiatan mengenal dan merawat lingkungan sekitar, serta proyek pemilahan sampah dan pemanfaatan air hujan.

Dalam proses diskusi, terungkap bahwa sebagian besar sekolah menghadapi tantangan serupa akibat dampak perubahan iklim, seperti pengelolaan sampah yang belum optimal, keterbatasan akses air bersih, peningkatan suhu udara, serta rendahnya kesadaran terhadap kebersihan lingkungan. Untuk menjawab tantangan tersebut, para peserta merumuskan berbagai strategi berbasis lokal, di antaranya edukasi kebersihan dan sanitasi, penerapan sistem pemilahan dan daur ulang sampah, pemanfaatan sumber air alternatif, hingga kampanye sadar iklim di kalangan siswa. Seluruh inisiatif ini dirancang untuk terintegrasi langsung dalam proses pembelajaran, dengan harapan mampu membentuk perubahan perilaku yang berkelanjutan di lingkungan sekolah.

Kegiatan ini membuktikan bahwa pendidikan memiliki peran strategis dalam membentuk generasi yang sadar dan tangguh menghadapi krisis iklim. Dengan mengintegrasikan isu iklim ke dalam kurikulum dan praktik pembelajaran, sekolah tidak hanya mencetak siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga berdaya sebagai agen perubahan dalam menjaga kelestarian lingkungan. (PSI/ Red)