04 September 2025 /
540 Viewers

Stimulant Institute: KREASI Dorong Reaktivasi ULD di Morotai

Morotai, 4 September 2025. Sebagai bagian dari komitmen untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, Stimulant Institute melalui program KREASI menyelenggarakan Lokakarya Reaktivasi Unit Layanan Disabilitas (ULD) di Kabupaten Morotai. Kegiatan ini dirancang sebagai ruang reflektif sekaligus strategis bagi berbagai pemangku kepentingan untuk meninjau kondisi layanan disabilitas saat ini, mengidentifikasi dukungan yang telah berjalan, dan merumuskan solusi atas tantangan nyata yang dihadapi para penyandang disabilitas, khususnya dalam sektor pendidikan dan kesehatan.

Salah satu poin penting yang mengemuka dalam lokakarya ini adalah urgensi memahami disabilitas tidak hanya sebagai isu sosial atau pendidikan, tetapi juga sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem layanan kesehatan masyarakat. Dalam pemaparannya, dr. Novindra dari Dinas Kesehatan Morotai menegaskan bahwa disabilitas, baik fisik maupun mental, harus menjadi perhatian lintas sektor dan disosialisasikan secara menyeluruh kepada masyarakat. Ia menekankan bahwa tidak semua disabilitas tampak secara kasatmata; disabilitas mental justru sering kali luput dari perhatian, padahal dampaknya bisa sangat serius bila tidak dikenali sejak dini.

Lebih lanjut, dr. Novindra menyoroti pentingnya peran keluarga dalam memantau tumbuh kembang anak. Keterlambatan berjalan atau berbicara di usia dini bisa menjadi indikator awal dari kondisi yang memerlukan perhatian medis. Penanganan cepat melalui konsultasi dengan dokter spesialis, terapis, atau fisioterapi, dinilai sangat penting untuk mencegah disabilitas yang bersifat menetap. Sayangnya, kesadaran masyarakat Morotai terhadap disabilitas mental masih tergolong rendah. Hal ini diperparah oleh minimnya akses terhadap informasi dan layanan pendampingan psikologis. Salah satu contoh nyata adalah kasus tragis anak dengan depresi berat yang berujung pada bunuh diri—sebuah peristiwa yang seharusnya bisa dicegah melalui deteksi dini dan pendampingan yang tepat.

Menurut dr. Novindra, “banyak jenis disabilitas sebenarnya dapat ditangani atau bahkan dipulihkan melalui terapi, penyesuaian, dan intervensi medis yang sesuai. Namun, untuk kasus disabilitas yang bersifat permanen, pendekatan jangka panjang seperti penggunaan alat bantu, dukungan keluarga, serta penguatan keterampilan hidup menjadi sangat penting agar penyandang dapat menjalani kehidupan yang lebih mandiri dan berkualitas”.

Kegiatan lokakarya ini melibatkan berbagai pihak dari sektor pendidikan, kesehatan, dan keagamaan, termasuk kepala sekolah dampingan program KREASI, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, Dinas Kesehatan, dan Universitas Pasifik. Kolaborasi lintas sektor ini dinilai sebagai langkah penting dalam membangun sistem layanan disabilitas yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan. Tidak hanya sebagai forum diskusi, lokakarya ini menjadi momentum bersama untuk meneguhkan komitmen dan menyatukan visi dalam menjadikan Morotai sebagai wilayah yang ramah disabilitas.

Melalui refleksi para peserta, tergambar jelas bahwa reaktivasi ULD bukan sekadar program teknis, tetapi bagian dari upaya strategis memperkuat kapasitas daerah dalam menyikapi isu disabilitas secara komprehensif. Kesadaran akan pentingnya deteksi dini, penanganan medis yang tepat, serta dukungan jangka panjang menjadi pembelajaran utama dari kegiatan ini. Dengan meningkatnya kolaborasi dan pemahaman antar sektor, Morotai memiliki peluang besar untuk menciptakan lingkungan di mana setiap individu, termasuk penyandang disabilitas, memiliki kesempatan yang setara untuk tumbuh, berkembang, dan berkontribusi dalam. (SI/Red)