05 Juli 2025 /
580 Viewers

Guru dan Kepala Sekolah di Morotai Dilatih Susun Kurikulum Kontekstual dan Inklusif

Morotai, 5 Juli 2025 — Stimulant Institute bekerja sama dengan Save the Children Indonesia melalui Program KREASI sukses menyelenggarakan Workshop Penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP), Modul Ajar, dan Modul Projek secara serentak di tiga kecamatan intervensi di Morotai. Kegiatan ini melibatkan kepala sekolah, operator, dan guru dari 28 sekolah intervensi dan bertujuan untuk memperkuat pemahaman serta kemampuan teknis dalam merancang dokumen pembelajaran yang relevan, kontekstual, dan inklusif.

Workshop ini merupakan respon atas temuan bahwa banyak kepala sekolah dan guru belum memahami secara menyeluruh penyusunan dokumen kurikulum. Salah satu isu mendasar yang teridentifikasi adalah tidak adanya pembaruan visi dan misi sekolah, padahal pembaruan tersebut seharusnya dilakukan setiap empat tahun sesuai dengan perkembangan sekolah dan kebutuhan peserta didik.

Surahman, fasilitator di Kecamatan Morotai Selatan, menegaskan pentingnya menyusun visi dan misi yang realistis dan sesuai dengan kondisi lapangan. “Jangan membuat misi yang tidak bisa kita capai,” tegasnya kepada peserta.

Dalam sesi diskusi kelompok, peserta didorong untuk menyusun rancangan KSP secara kolaboratif dengan mempertimbangkan kondisi nyata sekolah mereka masing-masing. Waode, salah satu kepala sekolah peserta dari Morotai Selatan, menggarisbawahi pentingnya peran guru dalam membentuk karakter siswa “Guru harus aktif agar anak juga jadi aktif dan percaya diri. Kalau guru kaku, anak ikut kaku. Kalau guru lemas, anak juga jadi kurang semangat.”

Selain KSP, penyusunan modul ajar dan modul projek menjadi fokus utama dalam workshop. Peserta belajar bagaimana merancang dokumen pembelajaran yang diperbarui setiap tahun berdasarkan hasil asesmen peserta didik agar tetap relevan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa.

Hadija, peserta dari Morotai Timur, mengungkapkan bahwa pelatihan ini sangat mendukung pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang sedang dijalaninya. “Sebelumnya kami jarang menerapkan metode pembelajaran berbasis praktik. Tapi setelah pelatihan dari KREASI, sekolah kami mulai menggunakan berbagai metode literasi dan numerasi yang menyenangkan. Anak-anak jadi lebih antusias belajar,” tuturnya.

Anetri, kepala sekolah baru di Morotai Utara yang sebelumnya memimpin jenjang PAUD, merasa terbantu dalam proses transisi ke jenjang SD “Selama ini kami masih mencampur Kurikulum 13 dan Kurikulum Merdeka. Melalui kegiatan ini, saya sangat terbantu dalam menyusun KSP, modul ajar, dan modul projek secara tepat.”

Workshop ini juga memberikan pemahaman mendalam tentang integrasi isu Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) dalam seluruh dokumen kurikulum. Peserta dibimbing langsung agar dapat menyusun dokumen yang tidak sekadar menyalin dari internet, melainkan benar-benar disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan sekolah masing-masing.

Dari pelaksanaan workshop ini, beberapa pembelajaran utama telah dihasilkan antara lain; pentingnya kepemimpinan sekolah dalam menyusun visi-misi yang realistis dan berbasis konteks, peran aktif guru sangat berpengaruh terhadap semangat dan karakter peserta didik, modul ajar dan projek harus disusun berbasis asesmen agar tepat sasaran dan berdaya guna, pendekatan praktik dan kolaboratif terbukti efektif meningkatkan pemahaman peserta, dan integrasi GEDSI menjadi langkah penting dalam mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan.

Melalui kegiatan ini, sekolah-sekolah di Morotai semakin siap menerapkan kurikulum secara kontekstual dan berkelanjutan, dengan dukungan guru dan kepala sekolah yang lebih memahami perannya dalam membentuk sistem pembelajaran yang holistik dan berorientasi pada kebutuhan siswa. (SI/Red)