21 Mei 2025 /
794 Viewers

Lokakarya Revitalisasi KKG dan K3S: Sorotan Tantangan dan Harapan Masa Depan

Morotai, 21 Mei 2025 — Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Morotai menjadi saksi hidup semangat para guru dan kepala sekolah dalam Lokakarya Aktivasi dan Revitalisasi Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) yang difasilitasi oleh Stimulant Institute dan Save the Children Indonesia melalui Program KREASI. Kegiatan ini menjadi ruang terbuka bagi para peserta untuk menyampaikan tantangan yang selama ini dihadapi oleh KKG dan K3S, sekaligus menyuarakan harapan besar terhadap penguatan kembali peran kedua forum penting tersebut.

Minimnya dukungan dan lesunya program. Jufri, Kepala Sekolah dari Kecamatan Morotai Jaya, menyoroti kurangnya keterlibatan Dinas Pendidikan sebagai penyebab utama tidak aktifnya K3S selama dua tahun terakhir. Ia berharap melalui lokakarya ini, Dinas Pendidikan lebih aktif dalam memberikan pendampingan dan pengawasan terhadap jalannya forum K3S dan KKG. Senada dengan Jufri, Sunairmin, guru dari Kecamatan Morotai Selatan, mengungkapkan bahwa KKG yang dulunya aktif sejak dibentuk pada 2017, mulai mati suri setelah dukungan anggaran dari Kemendikbudristek berhenti pada 2019. Ia menyayangkan rendahnya kesadaran guru terhadap pentingnya peran KKG dalam peningkatan kompetensi, dan dominannya motivasi finansial seperti “uang duduk” sebagai pendorong keterlibatan.

K3S dan tantangan pasca pandemi. Didik, mantan Ketua K3S Kabupaten periode 2022–2024, menambahkan bahwa K3S dibentuk tanpa arah yang jelas dan tidak pernah mendapatkan monitoring maupun arahan dari Dinas Pendidikan. Ia menyebut ketidakpastian prosedur penggunaan Dana BOS membuat kepala sekolah ragu menjalankan program, ditambah lagi tidak adanya panduan program yang konkret. Pada masa transisi dari pandemi ke normal baru, K3S berperan penting sebagai forum berbagi strategi pembelajaran pasca Covid-19. Tantangan utama adalah ketimpangan akses internet dan perangkat belajar, terutama bagi siswa di wilayah terpencil. Didik juga menceritakan bagaimana kepala sekolah harus kreatif, seperti mengajar siswa melalui kunjungan rumah, meskipun metode ini menguras tenaga para guru. Selain sebagai forum diskusi pembelajaran, K3S juga aktif dalam membantu KKG menyusun soal ujian dan mendampingi sekolah dalam penyusunan visi dan misi. Namun, setelah penerapan Kurikulum Merdeka, kegiatan K3S menurun drastis karena kepala sekolah lebih fokus pada pembelajaran mandiri.

Harapan untuk perubahan. Didik menekankan pentingnya dukungan moral dan material dari Dinas Pendidikan. Ia berharap ada pendampingan yang konsisten, baik dalam bentuk kehadiran saat kegiatan maupun dukungan anggaran. “K3S lahir dari Dinas Pendidikan, sudah sepatutnya Dinas hadir untuk membimbing dan mendukung,” ujarnya. Pelatihan Master Teacher Kepemimpinan Pendidikan dari program KREASI juga dianggap menjadi bekal penting bagi kepala sekolah untuk kembali menggerakkan K3S. “Saya yakin jika ilmu yang kami dapat bisa diterapkan, sekolah yang kami cita-citakan bisa terwujud,” tutur Didik penuh harap.

Langkah konkret dari Dinas Pendidikan. Menanggapi masukan dari para peserta, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bersama tim KREASI menyatakan komitmennya untuk memberikan pendampingan dalam hal penganggaran KKG dan K3S melalui Dana BOS, serta membantu menyusun rencana kerja yang lebih terarah dan berkelanjutan. Dengan komitmen bersama ini, besar harapan bahwa forum KKG dan K3S akan kembali menjadi ruang strategis bagi peningkatan mutu pendidikan di Morotai. (Red/ SI)