Morotai, 24 Mei 2025 — Stimulant Institute bersama Save the Children Indonesia melalui program KREASI menggelar pelatihan penguatan kapasitas bagi mentor klub literasi dan numerasi (Catch Up Club). Pelatihan ini bertujuan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dengan menghadirkan metode pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan.
Pelatihan yang berlangsung pada 22–24 Mei 2025 ini digelar secara parallel di dua kecamatan, yakni Morotai Selatan dan Morotai Timur, dengan total 60 guru kelas rendah dari 20 sekolah intervensi KREASI sebagai peserta. Di Kecamatan Morotai Selatan, pelatihan diadakan di SD Negeri Unggulan I dan SD Negeri Unggulan 9. Di kecamatan Morotai Timur, di SD Negeri Unggulan 3.
Salah satu sesi pelatihan di SD Negeri Unggulan 1 difasilitasi oleh Master Teacher Literasi, Rasib Adam, dan Master Teacher Numerasi, Kasmawati. Dalam sesi tersebut, Kasmawati menekankan bahwa numerasi bukan hanya kemampuan berhitung, tetapi juga pemahaman terhadap angka dan konsep di baliknya. “Numerasi dulu hanya dianggap sebagai matematika dan soal penjumlahan. Kini, pembelajaran numerasi bisa dilakukan seperti bermain, sehingga lebih menyenangkan dan tidak membosankan,” ujarnya.
Kasmawati juga berbagi pengalaman setelah menjadi Master Teacher. Ia menjelaskan bahwa minat belajar siswa meningkat signifikan ketika pembelajaran numerasi dilakukan dengan media dan praktik yang interaktif. Namun, tantangan muncul saat menghadapi siswa yang terlalu aktif dan sulit dikelola dalam kelompok besar saat praktik. Untuk mengatasi hal ini, Kasmawati menyarankan agar siswa dibagi dalam kelompok kecil yang diawasi oleh lebih dari satu guru. Langkah ini juga membuka kesempatan bagi guru lain untuk terlibat langsung dan berlatih mengajar numerasi.
Sebelum mengikuti pelatihan Master Teacher Numerasi dari KREASI, Kasmawati mengaku belum mengetahui bahwa pembelajaran numerasi bisa dibuat menyenangkan dengan media praktik. Ia pun bersemangat untuk melakukan pengimbasan ke guru-guru lain, berharap semua guru di Morotai memahami bahwa numerasi bukan sekadar matematika yang menekan siswa, melainkan pembelajaran yang dapat dinikmati. “Tidak ada kata terlambat dalam belajar,” tutupnya.
Sementara itu, Rasib Adam menegaskan pentingnya literasi yang tidak hanya mengajarkan cara membaca, tetapi juga memahami isi bacaan. Menurutnya, program ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan minat literasi di sekolah-sekolah Kabupaten Pulau Morotai. Ia berharap keberadaan klub literasi dan numerasi dapat membantu mengubah kondisi pendidikan yang saat ini masih belum optimal.
Para peserta pelatihan mengungkapkan berbagai tantangan yang dihadapi, seperti masih banyak siswa kelas rendah yang belum mengenal bentuk angka dan huruf dengan baik. Beberapa siswa hanya menghafal urutan angka dan huruf tanpa pemahaman, sehingga jika urutan tersebut diacak, mereka menjadi kebingungan. Selain itu, perbedaan karakter siswa juga menjadi tantangan tersendiri; ada yang sangat antusias dengan metode praktik, namun ada pula yang menganggapnya sekadar permainan sehingga kurang fokus. (Red/SI)