Morotai, 18 Juni 2025. Melalui program KREASI, Stimulant Institute bersama Save the Children Indonesia menginisiasi dialog lintas pemerintah daerah antara Kabupaten Pulau Morotai (Maluku Utara) dan Kabupaten Sumba Barat (Nusa Tenggara Timur). Pertemuan virtual ini menjadi momentum penting untuk berbagi praktik baik dalam tata kelola pemerintahan yang berpihak pada anak serta memperkuat komitmen bersama dalam implementasi penganggaran yang responsif anak.
Kolaborasi Lintas Wilayah untuk Kemajuan Anak. Pertemuan ini melibatkan para pemangku kepentingan strategis. Dari Sumba Barat hadir Kepala Bappelitbangda, Kepala Dinas P5A, Sekretaris Dinas Sosial, Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga, serta penanggung jawab program dari unit teknis. Sementara Morotai diwakili oleh Plt Kepala Bappeda Litbang, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Sosial, perwakilan unit teknis, dan akademisi dari Universitas Pasifik Morotai.
Diskusi berlangsung dinamis, mencerminkan kesadaran bersama akan pentingnya sistem pemerintahan yang terbuka terhadap perubahan dan berpihak pada anak. Pemerintah Morotai menunjukkan antusiasme tinggi dalam menyerap praktik baik dari Sumba Barat, khususnya mengenai keberhasilan pengelolaan Forum Anak Daerah (FAD).
Strategi Praktik Baik Sumba Barat: Kolaborasi, Gugus Tugas, dan Konsistensi. Menanggapi ketertarikan Morotai, Daniel B Banimema, Kabid Pemsosbud Sumba Barat, memaparkan strategi kolaborasi lintas dinas yang menjadi kunci sukses penguatan FAD. Salah satu praktik unggul adalah pengembangan PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) sebagai tindak lanjut dari Perpres No. 20 Tahun 2013. Gugus tugas PAUD HI yang dinamakan Taman Pawodda (berarti gotong royong) dibentuk dan diperbarui setiap tahun, melibatkan pimpinan OPD dan stakeholder sesuai rencana aksi daerah.
Chatrina Ela Kariam, Kabid Pemenuhan Hak Anak Dinas P5A, menambahkan bahwa keberhasilan FAD juga ditopang oleh dukungan Stimulant Institute melalui penguatan kapasitas berkelanjutan sejak 2022. Anak-anak yang tergabung dalam FAD adalah mereka yang memiliki komitmen dan kapasitas untuk berkontribusi secara aktif. Tidak kalah penting, FAD di Sumba Barat telah terbentuk di seluruh tingkatan desa, kelurahan, hingga kabupaten dengan sistem kaderisasi dari tingkat kecamatan. Strategi ini memungkinkan penyebaran informasi perlindungan anak secara cepat dan merata. Anak-anak bukan hanya dilibatkan dalam kegiatan, tetapi juga diberi ruang untuk menyuarakan kebutuhan dan hak yang belum sepenuhnya dipenuhi oleh pemerintah.
Dukungan anggaran dari Bappelitbangda kepada Dinas P5A turut memperkuat posisi FAD. Pendekatan ini menjadikan FAD sebagai forum yang hidup dan terus berkembang, menunjukkan bagaimana sinergi lintas OPD mampu memperkuat keberlanjutan program perlindungan anak.
Peran Forum Anak dalam Pencegahan Kekerasan Anak. Diskusi semakin mengerucut pada isu kekerasan anak. Sri Endang Aris, Kasubag Perencanaan Dinas Sosial Morotai, mengangkat keprihatinan terhadap tingginya angka kekerasan anak di wilayahnya, dan bertanya tentang strategi pencegahan dan sistem pelaporan yang diterapkan di Sumba Barat. Merespons hal ini, Merdianti Manafe, pendamping FAD Sumba Barat, menjelaskan bahwa Forum Anak telah dilibatkan secara aktif dalam upaya pencegahan melalui konseling sebaya, yang dijalankan di sekolah-sekolah, terutama melalui OSIS. Banyak anggota OSIS juga merupakan bagian dari FAD, menciptakan jembatan antara dunia pendidikan dan forum anak.
Jika kasus tidak terselesaikan di tingkat konseling sebaya, maka anak diarahkan untuk pendampingan lebih lanjut dan diteruskan ke OPD terkait. Skema ini menunjukkan bahwa anak-anak memiliki peran aktif dalam sistem pelaporan, namun tetap berada dalam koridor perlindungan yang aman.
Pembelajaran Kunci dari praktik baik Sumba Barat:
Pertemuan ini bukan hanya menjadi ruang dialog, tetapi juga menjadi simbol harapan baru bagi daerah untuk saling belajar, saling menguatkan, dan bersama-sama membangun tata kelola pemerintahan yang lebih adil dan berpihak pada masa depan anak-anak Indonesia. (PSI/ Red)